KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat-klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Maksud komunikasi adalah untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Kalthner, dkk (1995) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik terjadi dengan tujuan menolong pasien yang dilakukan oleh orang-orang yang professional dengan menggunakan pendekatan personal berdasarkan
perasaan dan emosi. Di dalam komunikasi terapeutik ini harus ada unsure kepercayaan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi professional yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien. (Heri Purwanto, 1994)
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal, artinya komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal. (Mulyana, 2000)
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).
2. Kegunaan Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik penting diterapkan oleh seorang perawat dalam melakukan interaksi yang membutuhkan keterampilan khusus terutama pada saat berinteraksi dan memberi asuhan keperawatan kepada kliennya. Dengan komunikasi terapeutik ini perawat dapat lebih memahami tentang kondisi klien dan masalah-masalah yang menyertainya yang disampaikan secara rahasia dan seorang perawat profesional mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan klien tersebut.
Kegunaan komunikasi terapeutik, menurut Indrawati (2003:50), diantaranya :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah serta evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganurkan kerjasama antaraperawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yangdilakukan dalam perawatan.
Proses omunikasi yang baik dapat mmberikan pengertian tigkah laku pasien dan membantu pasien untuk dalam ranka mengatasi persoalan yang dihaapi pada tahap perawatan. Sedangkan pada tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien.
3. Tujuan Komunikasi Terapeutik
a. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal-hal yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan.
d. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara professional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien.
Menurut Stuart dan Sundeen, tujuan komunikasi terapeutik, adalah :
Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan depresi.
Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000). Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan koping.
Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan terlalu tinggi tanpa mengukur kemampuannya. Taylor, Lilis dan La Mone (1997) mengemukakan bahwa individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga diri yang tinggi sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya akan merasa rendah diri.
Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Tujuan komunikasi teraeutik, menurut Indrawati (2003:48) :
a. Membantu klien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien
c. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri dalam hal positif atau ke arah yang lebih baik
4. Unsur-unsur Komunikasi Terapeutik
Unsur-unsur dalam komunikasi terapeutik adalah terdiri dari komunikator, komunikan, pesan yang disampaikan dan lingkungan waktu komunikasi berlangsung. (syakira-blog.blogspot.com)
Sumber proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi dilakukan oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam mengirim.
Pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan penyandian baik yang berupa bahasa verbal maupun non verbal.
Penerima yaitu orang yang menerima pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh sumber, sehingga dapat diketahui mengerti tidaknya suatu pesan.
Lingkungan waktu komunikasi berlangsung, yang dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan.
Saluran penyampaian pesan melalui indra manusia yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap dan perabaan.
Komunikasi terapeutik dapat berjalan secara efektif apabila terdapat unsure-unsur sebagai berikut:
Adanya referen atau stimulus yang memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain berupa objek, pengalaman, emosi, ide, atau tindakan.
Terdapat pesan sebagai informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan mungkin terdiri dari symbol bahasa verbal dan non verbal (mis. kata-kata yang diucapkan, ekspresi wajah atau gerakan tubuh). Kendalanya tidak semua symbol memiliki makna yang universal, oleh karena itu kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan apabila pengirim tidak waspada terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk menjelaskan.
Adanya pengirim (encoder) dan penerima (decoder) sebagai objek dari media komunikasi.
Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi yang dimaksudkan untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran, dan taktil. Semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang perawat untuk menyampaikan pesan secara tepat dan efektif, maka hubungan terapeutik akan semakin mudah terjalin antara perawat dan pasien.
Adanya respons terbuka di dalam komunikasi yang dapat membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Respons sangat penting dalam menjalin komunikasi terapeutik agar dapat menjelaskan pesan yang disampaikan oleh klien maupun perawat dan memodifikasi tingkah laku menurut pesan tersebut.
Adanya dukungan lingkungan yang tepat pada saat melakukan komunikasi terapeutik untuk menjaga privasi klien.
5. Teknik Komunikasi Terapeutik
a. Mendengar (Listening)
Merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien, member kesempatan lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif dengan tetap kritis dan korektif bila apa yang disampaikan klien perlu diluruskan. Tujuan teknik ini adalah member rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga kestabilan emosi/psikologis klien.
b. Pertanyaan Terbuka (Broad Opening)
Teknik ini member kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya sesuai kehendak klien tanpa membatasi, contoh: “Apa yang sedang Saudara pikirkan?”, “Apa yang akan kita bicarakan hari ini?”.
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat member dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan “Saya mengerti apa yang Saudara katakan”.
c. Mengulang (Restarting)
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan member indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien. Misalnya: “Ooh..jadi Saudara tadi malam tidak bias tidur karena....”.
d. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi, informasi yang diperoleh tidak lengkap atau mengemukakannya berpindah-pindah. Contoh: “dapatkah Anda menjelaskan kembali tentang....?”. Gunanya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi perawat-klien.
e. Refleksi
Refleksi merupakan reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
Refleksi isi, bertujuan memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
Refleksi perasaan, yang bertujuan member respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk:
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
Mengoreksi
Memberi keterangan lebih jelas
Sedangkan kerugiannya adalah:
Mengulang terlalu sering tema yang sama
Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi
f. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topic yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
Contoh:
Klien : “Petugas kesehatan yang ada di rumah sakit ini kurang perhatian pada pasiennya”.
Perawat : “Apakah Saudara sudah minum obat?”
g. Membagi persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan. Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan member informasi.
Contoh: “Anda tertawa, tetapi saya rasa Anda marah kepada saya”.
h. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan. Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
Misalnya: “Saya lihat dari semua keterangan yang Anda jelaskan, Anda telah disakiti. Apakah ini latar belakang masalahnya?”
i. Diam (Silence)
Cara yang sukar biasanya dilakukan setelah mengajukan pertanyaan. Tujuannya untuk member kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
Misalnya:
Klien : Saya jengkel kepada suami saya.
Perawat : Diam (member kesempatan klien)
Klien : Suami saya selalu telat pulang kerja tanpa alasan yang jelas, kalau saya tanya pasti marah.
j. Informing
Teknik ini bertujuan member informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi lien, misalnya perawat menjelaskan tentang penyebab panas yang dialami klien.
Klien : Suster, kenapa suhu tubuh saya masih tinggi? Padahal saya sudah minum obat, kira-kira kenapa ya Suster?
Perawat : Baik saya jelaskan, panas tubuh atau suhu tubuh meningkat dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena ada proses infeksi, dehidrasi atau karena metabolism tubuh yang meningkat.
k. Saran
Memberi alternative ide untuk pemecahan masalah. Dapat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan.
"Misalnya : Kita tadi sudah cukup banyak bicara tentang penyebab batuk dan sesak nafas, salah satunya karena merokok. Kami berharap Anda dapat mengurangi atau berhenti merokok.
Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik: (andyca.wordpress.com)"
l. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tehnik yang dapat mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tehnik berikut sering digunakan pada tahap orientasi.
6. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif (nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan, bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat membutuhkan jawaban yang singkat.
Inapropriate quantity question
Inapropriate quantity question yaitu pertanyaan yang kurang baik dari sisi jumlah pertanyaan, yang mengakibatkan klien bingung dalam menjawab. Terlalu banyak pertanyaan merupakan tindakan yang tidak tepat karena menimbulkan kebingungan klien untuk menjawab (Long, L dalam Suryani, 2005).
Inapropriate quality question
Inapropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan pada klien dan biasanya dimulai dengan kata “why” (mengapa). Why question ini dipertimbangkan tidak tepat karena :
- Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah-olah diintimidasi (Sturat, G.W dalam Suryani, 2005). Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap perawat.
- Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan bagaimana perasaanya terhadap kejadian (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik (Keliat, Budi Anna, 1992). Mendengarkan adalah proses aktif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) dan penerimaan informasi serta penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima (Hubson, S dalam Suryani, 2005).
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai waktu untuk mendengarkan (Purwanto, Heri, 1994).
Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan klien (Keliat, Budi Anna, 1992). Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi yang mendukung listening (Suryani, 2005).
Klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan klien, juga tidak boleh menambahkan informasi (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Apabila perawat menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.
Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan, dan isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan penghargaan terhadap klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005).
Tehnik-tehnik refleksi terdiri dari: (Keliat, Budi Anna, 1992)
Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar. Klarifikasi ide yang diekspresikan klien dengan
pengertian perawat.
Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.
Gunanya adalah untuk :
Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
Mengoreksi.
Memberi keterangan lebih jelas.
Ruginya adalah :
Mengulang terlalu sering dan sama.
Dapat menimbulkan marah, iritasi, dan frustasi.
Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk membahas masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian tujuan (Stuart, G.W dalam Suryani, 2005). Dengan demikian akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengguanakan metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah penting (Suryani, 2005).
Diam
Tehnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisasi pikiran masing-masing (Stuart & Sundeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati, memperlambat tempo interaksi, sambil perawat menyampaikan dukungan, pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus mengambil keputusan (Suryani, 2005).
Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan kesehatan klien. Tehnik ini sangat membantu dalam mengajarkan kesehatan atau pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah (Suryani, 2005).
Menyimpulkan
Menyimpulkan (summerizing) adalah tehnik komunikasi yang membantu klien mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawat-klien. Tehnik ini membantu perawat dan klien untuk memiliki pikiran dan ide yang sama saat mengakhiri pertemuan.
Poin utama dari menyimpulkan yaitu peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan (Murray, B & Judith dalam Suryani, 2005).
Manfaat dari menyimpulkan antara lain : (Suryani, 2005)
Memfokuskan pada topik yang relevan
Menolong perawat dalam mengulang aspek utama interaksi
Membantu klien untuk merasa bahwa perawat memahami perasaannya
Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya
Mengubah Cara Pandang
Tehnik mengubah cara pandang (refarming) ini digunakan untuk memberikan cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek negatifnya saja (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaan terutama ketika klien berfikiran negatif terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Seorang perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan : “sebenarnya apa yang anda pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Reframing akan membuat klien mampu melihat apa yang dialaminya dari sisi positif (Gerald, D dalam Suryani, 2005) sehingga memungkinkan klien untuk membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.
Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam masalah yang dialami klien (Antai-Otong dalam Suryani, 2005) supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tehnik ini bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang masalah yang dialami klien.
Membagi Persepsi
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005) menyatakan, membagi persepsi (sharing peception) adalah meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tehnik ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos verbal dan respons nonverbal klien.
Mengidentifikasi Tema
Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu manangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting (Stuart & Sadeen dalam Suryani, 2005). Tehnik ini sangat bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal masalah yang benar-benar dirasakan klien.
Humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence Nightingale dalam Anonymous (1999) dalam Suryani (2005) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dan nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.Jika relevan dan konsisten dengan sosial budaya klien.
Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.
Memberikan Pujian
Memberikan Pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien (Gerald, D dalam Suryani, 2005). Reniforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.
Teknik-teknik keperawatan yang kurang tepat antara lain:
1. Memberi jaminan
Memberi jaminan artinya menyatakan sesuatu pada klien yang belum pasti hasilnya dengan maksud menenangkan.
2. Memberikan penilaian
Memberikan penilaian dapat mengakibatkan klien merasa bahwa perawat mengabaikan perasaan klien atau merendahkan dirinya (Kozier, Erb & Oliveri dalam Suryani, 2005).
3. Memberi komentar klise
Memberi komentar klise artinya memberikan komentar yang itu-itu saja atau komentar yang terlalu umum (Kozier, Erb & Oliveri dalam Suryani, 2005). Contoh : setiap klien melakukan atau menjawab sesuatu dengan tepat, perawat mengatakan “bagus”.
4. Memberi saran
Memberi saran pada klien tidak tepat karena apabila saran (advice)-nya tidak mampu mengatasi masalah, klien akan menyalahkan atau memulangkannya pada perawat (Gerald, D dalam Suryani, 2005).
5. Mengubah pokok pembicaraan
Tehnik ini tidak tepat karena berorientasi pada perawat. Pada saat menggali masalah klien, terkadang perawat tidak tertarik pada ungkapan klien sehingga perawat mengubah topik pembicaraan (Kozier, Erb & Oliveri dalam Suryani, 2005).
6. Defensif
Respon perawat yang defensif bisa menghambat klien dalam mengungkapkan perasaannya (Kozier, Erb & Oliveri dalam Suryani, 2005). Dengan memberikan respons defensif, sebetulnya perawat sedang menutupi kekurangan atau kelemahannya.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Terapeutik
Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi ( Kariyoso, 1994 ) :
- Ditinjau dari komunikator :
- Kecakapan komunikator
- Sikap komunikator
- Pengetahuan komunikator
- Sistem sosial
- Pengarah komunikasi
Ditinjau dari komunikan :
- Kecakapan
- Sikap
- Pengetahuan
- Sistem sosial
- Saluran ( pendengaran, penglihatan ) dari komunikasi
Faktor yang menghambat komunikasi (Blais, Kathleen Koening, dkk, 2002) :
1. Tahap perkembangan
2. Jenis kelamin
3. Peran dan hubungan
4. Karakteristik sosiokultural
5. Nilai persepsi
6. Ruang dan teritorial
7. Lingkungan
8. Kesesuaian
9. Sikap interpersonal
Faktor penghambat komunikasi (Kariyoso, 1994) :
a. Kecakapan yang kurang dalam berkomunikasi
b. Sikap yang kurang tepat
c. Kurang pengetahuan
d. Kurang memahami sistem sosial
e. Prasangka yang tidak beralasan
f. Jarak fisik, komunikasi menjadi kurang lancar bila jarak antara komunikator dengan reseptor berjauhan
g. Tidak ada persamaan persepsi
h. Indera yang rusak
i. Berbicara yang berlebihan
j. Mendominir pembicaraan, dan lain sebagainya
Faktor - faktor penghambat dalam proses komunikasi terpeutik adalah : (Purwanto, Heri, 1994)
a. Kemampuan pemahaman yang berbeda.
b. Pengamatan/penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu.
c. Komunikasi satu arah.
d. Kepentingan yang berbeda.
e. Memberikan jaminan yang tidak mungkin.
f. Memberitahu apa yang harus dilakukan kepada penderita.
g. Membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi.
h. Menuntut bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakannya.
i. Memberikan kritik mengenai perasaan penderita.
j. Menghentikan/mengalihkan topik pembicaraan.
k. Terlalu banyak bicara yang seharusnya mendengarkan.
l. Memperlihatkan sifat jemu, pesimis.
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2000:21) :
- Perkembangan.
- Persepsi.
- Nilai.
- Latar belakang sosial budaya.
- Emosi.
- Pengetahuan.
- Peran dan hubungan.
- Lingkungan.
- Jarak.
- Citra Diri.
- Kondisi Fisik.
7. Perbedaan Komunikasi Terapeutik dengan Komunikasi Sosial
Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien komunikasi terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena perawat harus memperhatikan pada bagian interaksi dan tingkah laku non-verbal. Komunikasi terapeutik disampaikan secara rahasia, karena klien tahu bahwa informasi yang disampaikan perawat menjadi bagian dari catatan medis dan tidak disebarkan sebagai gosip, maka klien merasa nyaman untuk memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan data kesehatan. Dalam situasi ideal, perawat harus mewaspadai keinginan untuk berbagi informasi yang didapat dari klien selama pemaparan. Komunikasi terapeutik pada akhirnya menentukan perawat untuk menetapkan hubungan kerja dengan kliean dan keluarganya. Perawat harus waspada dengan perbedaan budaya karena kadang klien merasa enggan untuk berbagi informasi secara terbuka dengan para professional. Proses komunikasi terapeutik seringkali meliputi kemampuan dan komitmen yang tulus pada pihak perawat untuk membantu klien mencapai keberhasilan keperawatan bersama.
Komunikasi sosial
Kegiatan komunikasi yang dihasilkan pada pencapaian suatu situasi integrasi sosial. Suatu proses pengaruh mempengaruhi pencapaian keterkaitan sosial yang dicita-citakan antara individu yang ada di masyarakat. Komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan konsep diri kita, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan (lewat komunikasi yang bersifat menghibur) dan mempunyai tujuan bersama.
Perbedaan antara komunikasi terapeutik dengan komunikasi social, antara lain:
a. Komunikasi terapeutik lebih menekankan pada hubungan interpersonal antara perawat dengan klien, sedangkan komunikasi social menekankan pada hubungan integrasi social.
b. Dalam komunikasi terapeutik pesan yang disampaikan bersifat pribadi ata privacy sedangkan pada komunikasi social lebih umum, artinya baik perawat maupun klien tidak mendiskusikan masalah atau pandangan pribadi secara mendalam.
c. Dalam komunikasi terapeutik perawat dank lien saling mengenal sedangkan dalam komunikasi social belum tentu saling mengenal.
d. Komunikasi terapeutik melibatkan pengetahuan yang berkaitan, sedangkan komunikasi social tidak.
e. Orientasi waktu pada komunikasi terapeutik membicarakan masa sekarang, sedangkan pada komunikasi social membicarakan masa lalu dan masa mendatang.
f. Dalam komunikasi terapeutik pengakuan harkat individu sangat diakui, sedangkan dalam komunikasi social tidak diakui.
g. Komunikasi terapeutik terjadi antara perawat dengan pasien atau anggota tim kesehatan lainnya, sedangkan komunikasi sosial terjadi setiap hari antar orang per orang baik dalam pergaulan maupun lingkungan kerja.
h. Komunikasi terapeutik umumnya lebih akrab karena mempunyai tujuan, berfokus pada pasien yang membutuhkan bantuan, sedangkan padakomunikasi sosial lebih banyak terjadi ada pekerjaan,aktivitas sosial, dll.
8. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan
Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat merupakan salah satu factor keberhasilan dalam melaksanakan proses keperawatan yang meliputi tahap pengkajian, perumusan diagnose, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
• Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Pada tahap ini dapat dikatakan bahwa proses komunikasi berlangsung paling banyak disbanding komunikasi pada berikutnya. Kemampuan komunikasi sangat mempengaruhi kelengkapan data klien. Perawat perlu mengetahui hambatan, kelemahan, dan gaya klien dalam berkomunikasi. Perawat perlu memperhatikan budaya yang mempengaruhi kapan dan dimana komunikasi dilakukan, penggunaan bahasa, usia, dan perkembangan klien.
Hambatan klien dalam berkomunikasi yang harus diperhatikan oleh perawat, antara lain:
Language Deficits
Perawat perlu menentukan bahasa yang dipahami oleh klien dalam berkomunikasi karena penguasaan bahasa akan sangat mempengaruhi persepsi dan interpretasi klien dalam menerima pesan secara adekuat.
Sensory Deficits
Kemampuan mendengar, melihat, merasa dan membau merupakan factor penting dalam komunikasi, sebab pesan komunikasi akan dapat diterima dengan baik apabila kemampuan sensori klien berfungsi dengan baik.
Cognitive Impairments
Adalah suatu kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif dapat mempengaruhi kemampuan klien dalam mengungkapkan dan memahami bahasa.
Structural Deficits
Adanya gangguan pada struktur tubuh terutama struktur yang berhubungan langsung dengan tempat keluarnya suara, misalnya mulut dan hidung akan dapat mempengaruhi terjadinya komunikasi.
Paralysis
Kelemahan yang terjadi pada klien terutama pada ekstremitas atas akan menghambat kemampuan komunikasi klien baik melalui lisan maupun tulisan.
• Perumusan Diagnosa
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data-data yang didapatkan dalam tahap pengkajian. penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikan kepada klien dapat berakibat salahnya penilaian perawat terhadap masalah yang dialami klien. Sikap perawat yang komunikatif dan sikap klien yang kooperatif merupakan factor penting dalam penetapan diagnose keperawatan yang tepat. Kemampuan komunikasi disini juga diperlukan dalam menulis analisis data yang didapat dari pengkajian serta mendiskusikan masalah yang ditemukan baik kepada klien, keluarga, maupun kepada sesama perawat.
• Perencanaan
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan kepada klien, interaksi dan komunikasi dengan klien sangatlah penting untuk menentukan pilihan rencana keperawatan yang akan dilakukan. Rencana tindakan yang dibuat perawat merupakan media komunikasi antar petugas kesehatan sehingga perencanaan yang disusun perawat dinas pagi dapat dievaluasi atau dilanjutkan oleh perawat dinas sore dan seterusnya. Model komunikasi ini memungkinkan pelayanan keperawatan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan, terukur, dan efektif.
• Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang sudah ditentukan sebelumnya. Selama aktivitas pada tahap ini menuntut perawat untuk terampil dalam berkomunikasi dengan klien.
Tindakan komunikasi pada saat menghampiri klien:
Menunjukkan muka yang jujur dengan klien.
Mempertahankan kontak mata dengan baik.
Fokus kepada klien.
Mempertahankan postur yang terbuka.
Aktif mendengarkan eksplorasi perasaan klien sebagai bentuk perhatian, menghargai, dan menghormati klien.
Relatif rilek saat bersama klien.
• Evaluasi
Komunikasi antara perawat dank lien pada tahap ini adalah untuk mengevaluasi apakah tidakan yang telah dilakukan perawat atau tenaga kesehatan lain membawa pengaruh atau hasil yang positif bagimklien, sebagaimana kriteria hasil yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Tanpa komunikasi perawat tidak cukup dalam menilai apakah tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak.
Bentuk komunikasi terapeutik melalui proses keperawatan:
• Pengkajian
Wawancara dan pengambilan riwayat
Pemeriksaan fisik
Observasi tingkah laku non-verbal
• Diagnosa keperawatan
Analisis tertulis dan penemuan pengkajian
Diskusi kebutuhan perawatan kesehatan dan prioritas dengan klien dan keluarga
• Perencanaan
Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi
• Pelaksanaan
Penetapan dukungan terapeutik
• Evaluasi
Kemahiran untuk memberikan respon verbal dan non-verbal
KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM KEPERAWATAN (Andyca.wordpress.com)
• Proses komunikasi : (Mubarak, Wahid Iqbal, dkk, 2007)
Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
Pengirim/ sumber/ encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau kelompok.
Pesan/ berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah.
Media/ saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan pesan pada penerima/ sasaran.
Penerimaan/ sasaran/ decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan tersebut dituju.
Umpan balik/ feed back/ respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.
• Proses komunikasi terapeutik dalam keperawatan:
Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik.
Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang dibutuhkan.
Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
Sesi perencanaan tim kesehatan.
Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
Membuat rujukan.
Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
Meningkatkan harga diri pasien.
Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
Memperkenalkan diri kepada pasien.
Memulai interaksi dangan pasien.
Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri.
Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA
http//andyca.wordpress.com
http//creasoft.wordpress.com
http//syakira-blog.blogspot.com
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Potter & Perry. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar